no fucking license
Bookmark

Mitos Cincin Pernikahan yang Beredar di Masyarakat

Mitos Cincin Pernikahan yang Beredar di Masyarakat

Cincin dilambangkan sebagai bukti nyata sebuah hubungan pernikahan yang telah disahkan. Maka, keberadaan cincin sendiri menjadi sangat sakral di dalam pernikahan dan memerlukan beberapa pengamatan. 

Berawal dengan niatan positif, perlahan mulai bermunculan prasangka-prasangka yang datang dalam bentuk mitos dari kalangan masyarakat. 

Berikut mitos cincin pernikahan yang beredar di masyarakat, lengkap dengan penjelasannya! 

Cincin terlalu kecil atau sempit 

Perkara ukuran dalam cincin pernikahan untuk kedua mempelai menjadi mitos pertama mengenai cincin pernikahan yang beredar di masyarakat. Jika cincin tidak sesuai dengan jari manis atau terlalu sempit, kemungkinan besar akan timbul sebuah kesesakan di dalam rumah tangga yang hendak dibangun. 

Menurut mitos yang beredar, rasa sesak dalam rumah tangga dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Kecemburuan yang berlebih dalam hubungan, kegagalan dalam menyelesaikan masalah rumah tangga, serta perseteruan yang tidak kunjung menemui akhir. 

Pada kenyataannya, mitos cincin yang terlalu sempit tidak selalu terbukti benar. Kendali kehidupan rumah tangga yang baik ataupun buruk bergantung pada pasangan suami istri yang menjalaninya. Namun apabila ingin menghindari volume  kekecilan atau sempit, Anda bisa membuat cincin nikah custom yang bisa didesain sedemikian rupa untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Jatuhnya cincin oleh mempelai pria 

Pernahkah anda mengunjungi suatu acara pernikahan dan melihat mempelai pria amat berhati-hati dalam menyematkan cincin kepada mempelai wanita? Barangkali, ia sudah mendengar mengenai mitos ini sebelumnya! 

Berdasarkan mitos yang tersebar di masyarakat, pihak laki-laki yang menyematkan cincin dan menjatuhkannya pada hari perkawinan akan membawa malapetaka dalam hubungan. Berbagai hal buruk dapat terjadi, seperti perpisahan dalam jangka waktu dekat bahkan hingga meninggal dunia. 

Namun dalam kepercayaan lainnya, cincin yang jatuh saat akan dipasangkan pada jari manis mempelai wanita digadang-gadang akan menyelamatkan kedua pihak dari hal buruk. Akan tetapi, perlu diingat bahwa baik buruknya pernikahan pada hakikatnya tergantung oleh bagaimana calon pasutri membawa hubungan tersebut. 

Penjualan cincin kawin oleh pasutri

Mitos mengenai penjualan cincin kawin masih menjadi salah satu topik perbincangan hangat dalam dunia perkawinan hingga saat ini. Serupa dengan mitos sebelumnya, penjualan cincin kawin yang dilakukan oleh pasutri pun diduga akan mendatangkan petaka ke dalam hubungan.

Berbeda dengan barang yang dapat diperjualbelikan secara bebas pada umumnya, cincin pernikahan adalah benda yang dianggap sakral. Jika seorang istri atau suami menjual cincin kawin yang dimilikinya, maka dapat dikatakan bahwa mereka telah melanggar janji suci yang terucap pada perkawinan. Tidak hanya itu, menjual cincin kawin sama saja dengan menyerahkan kemakmuran dan kekayaan yang sebelumnya dimiliki oleh pasangan suami istri. 

Menjadi sebuah pengecualian, mitos ini dapat dikatakan tidak terbukti melalui pandangan Hukum Islam. Seorang istri tetap diperbolehkan untuk menjual cincin kawin sebagai sebuah hadiah asalkan mendapatkan izin suami. Apabila cincin kawin merupakan mahar, sang istri dapat melakukan apapun sesuai dengan hak sah yang telah dimilikinya. 

Cincin pernikahan tanpa hiasan  

Berada di tengah gempuran aneka ragam cincin menarik yang ditawarkan oleh berbagai merek ternama, mitos mengenai cincin pernikahan tanpa hiasan masih dipegang secara kuat oleh sebagian besar masyarakat, lho! 

Persyaratan mengenai cincin nikah yang polos atau tanpa hiasan bukan hanya sekedar peringatan, tetapi juga didasari oleh kekhawatiran mengenai ikatan pernikahan. Bersumber pada mitos yang ada, hiasan yang diletakkan pada cincin melambangkan adanya gangguan yang akan terselip dalam hubungan pernikahan. Jika melanggar aturan, kedua pihak akan dihadapkan dengan masalah besar, seperti pemutusan hubungan perkawinan. 

Mengesampingkan adanya mitos terkait cincin nikah polos, kesederhanaan pun merupakan hal yang perlu dijadikan sebagai pondasi awal dalam pernikahan. Maka dari itu, preferensi dan kepercayaan calon pasutri kembali menjadi titik penentu dalam hal ini. Sebagai sebuah jalan tengah, pasutri bahkan dapat membuat cincin nikah custom pada gerai tertentu. 

Larangan pemindahan cincin nikah 

Mengakar kuat seperti budaya Jawa pada umumnya, mitos yang berhubungan dengan larangan pemindahan cincin nikah masih menjadi sebuah aturan tidak tertulis bagi masyarakat Jawa hingga saat ini. Secara tidak langsung, larangan pemindahan cincin ini mengajarkan kepada kedua mempelai untuk menjaga kesetiaan dan komitmen yang terucap pada saat pernikahan. 

Menurut masyarakat Jawa, pemindahan cincin nikah oleh pasutri hanya akan membawa nasib buruk ke dalam hubungan. Artinya, kedua pihak akan menjadi cukup mudah untuk terlena dan goyah akan gangguan yang datang dan melupakan pokok dari pernikahan itu sendiri. Saat kesetiaan sudah tidak terlihat, maka yang akan tersisa hanyalah hal-hal buruk saja. 

Menilik dari asal muasal mitos tersebut, apakah anda memiliki pemikiran yang sama? 

Penempatan cincin pada jari manis kiri 

Diterapkan dalam sebagian besar tradisi pernikahan di dunia, mitos penempatan cincin pada jari manis kiri secara perlahan diterima oleh masyarakat sebagai sebuah aturan. Menilik dari sejarah yang ada, bangsa Romawi Kuno merupakan kaum pertama yang meyakini bahwa jari manis kiri adalah jari yang tepat sebagai tempat penyematan cincin. 

Keyakinan yang disebarluaskan berkaitan dengan letak pembuluh darah vena amoris atau pembuluh darah cinta yang dipercaya langsung terhubung ke jantung. Secara tersirat, cincin yang berada pada jari manis perlahan menyatu dengan perasaan cinta yang dimiliki oleh calon pengantin. 

Meskipun telah menjadi aturan bersama untuk menempatkan cincin pada jari manis kiri, ilmuwan mematahkan keyakinan tersebut dengan penemuan pembuluh darah yang terdapat pada setiap jari. Berlandaskan penemuan aktual yang ditunjukkan, nyatanya penempatan cincin dapat disesuaikan dengan kenyamanan kedua mempelai. 

Menghindari cincin bermata mutiara 

Bukan kalah saing akan ragam cincin lainnya, ternyata cincin bermata mutiara memiliki mitos yang tidak kalah mengejutkan. Meskipun terlihat mewah dan anggun untuk digunakan pada jari mempelai wanita, mutiara tampaknya dipandang sebagai simbol negatif atau nasib buruk bagi keberlanjutan sebuah hubungan pernikahan. 

Berdasarkan bentuk yang dimiliki, mutiara tampak seperti air mata yang melambangkan kesedihan. Dengan kata lain, penerima cincin nikah bermata mutiara akan menjadi pihak yang harus menanggung segala macam kesedihan dalam pernikahan. Tanpa adanya kebahagiaan, cinta yang terdapat dalam suatu hubungan akan mati seiring berjalannya waktu. 

Meskipun terdengar pedih, prasangka yang muncul hanyalah sebagian kecil dari mitos yang beredar di masyarakat saja. Untuk membuktikan keberlangsungan pernikahan yang baik, nahkoda hubungan tetap dikendalikan oleh calon pasutri dengan cara mengelola hubungan yang sehat dan menjadi pasangan yang loyal. 

Cincin nikah berlian 

Layaknya dua sisi koin, terdapat sisi yang lain dari mitos cincin nikah sederhana tanpa hiasan, yaitu mitos mengenai cincin nikah berlian. Jika cincin nikah polos menaruh perhatian pada kesederhanaan, sebagian besar masyarakat meyakini bahwa cincin nikah berhiaskan berlian pun membawa kesan positif ke dalam suatu hubungan dengan konsep yang berbeda. 

Meskipun bersifat glamor dan mewah, berlian tidak hanya berfungsi sebagai hiasan tambahan saja. Berlian merupakan simbol nyata dari keabadian, termasuk dalam konteks percintaan yang terdapat pada hubungan pernikahan. Dengan menggunakan berlian pada cincin nikah, maka pasangan memiliki peluang untuk hidup berdampingan selama-lamanya meskipun diterjang berbagai permasalahan. 

Kesimpulan  

Setelah melihat berbagai mitos yang telah beredar di masyarakat, anda dapat secara bebas memilih sesuai dengan keyakinan yang dimiliki. Namun, akan lebih baik apabila mitos-mitos tersebut tidak dijadikan pedoman utama untuk memilih sebuah cincin pernikahan dan tetap berfokus pada pertimbangan penting lainnya. 

Jika standar cincin yang sesuai dengan keinginan anda masih belum ditemukan, salah satu alternatif yang dapat anda tempuh adalah membuat sebuah cincin nikah custom. Wujudkan cincin impian anda bersama Surosmith, tempat custom cincin terbaik di Yogyakarta!